Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Gunung Memukau Bagi Pendaki Pemula

Indonesia dianugerahi lebih dari 500 gunung dan beberapa diantaranya cukup mudah ditaklukkan.

Tingginya di bawah 3.000 meter, medannya cukup ramah, panoramanya rawan membuat ketagihan.

Oleh Harley Bayu Sastha, penulis buku Mountain Climbing for Everybody

Berdiri di atap dunia, mengangkangi cakrawala, menyambut surya, meniti kaldera dan bermalam di tengah belantara. Pendakian gunung memang menyuguhkan sensasi yang rentan menjadi candu. Itu sebabnya banyak orang rela menguras tenaga demi mendaki ribuan meter, walau pada akhirnya mereka tetap harus turun juga. Sebagai negara yang mengoleksi lebih dari 500 gunung, Indonesia punya banyak pilihan tempat untuk merasakan sensasi tersebut. Bagi mereka yang belum pernah mendaki, berikut lima gunung yang layak dijajal.

Gunung Ijen
Vulkan yang berada di Kabupaten Banyuwangi ini sangat terkenal akan keindahan kawahnya. Air di kawahnya berwarna pirus. Di malam hari, kawah ini memunculkan api biru (blue fire) yang langka. Konon, selain di Ijen, fenomena itu hanya bisa tersaji di Islandia. Dengan ketinggian sekitar 2.443 meter, Gunung Ijen bisa ditaklukkan dalam tempo tiga jam. Jalur pendakian sudah tertata dengan medan tanah berpasir.

Para pendaki sedang berjalan di jalur Kawah Ijen.

Titik awal pendakian adalah Pos Pal Tuding yang berada di perbatasan antara Banyuwangi dan Bondowoso. Bergeraklah mulai pukul dua dini hari, karena sang api biru menampilkan wajah tercantiknya kala langit masih gelap. Dari bibir kawah, kita bisa menuruni tebing terjal sejauh 200 meter. Titik ini harus diwaspadai, sebab lanskapnya cukup labil. Kenakan masker guna mengurangi aroma tajam gas belerang saat melihat blue fire dari jarak dekat. Hati-hati pula saat berpapasan dengan para penambang belerang. Beri kesempatan mereka untuk naik lebih dulu, sebab beban di pundak mereka bisa menembus 90 kilogram.

Mereka yang menghabiskan memori kamera dalam jalur pendakian mungkin menyesal. Panorama pagi di puncak Ijen merupakan salah satu yang terindah. Saat mentari mulai mengintip, cahayanya akan membias magis, berpadu dengan kepulan asap yang melayang tinggi dari solfatara.

Gunung Papandayan
“Gunung Papandayan adalah salah satu gunung yang membuat saya hingga kini terus mendaki gunung”, kenang Riri Goddess, anggota Komunitas Perempuan Petualang Indonesia-Srikandi Nusantara. “Pada 2002, saya melihat bintang di atas Papandayan seperti melihat bintang melalui planetarium. Saat itulah pertama kalinya saya melihat bintang jatuh.”

Papandayan menyuguhkan panorama cantik alam Jawa Barat dari ketinggian 2.265 meter. Dibutuhkan waktu sekitar lima jam untuk mencapai puncaknya. Titik awal pendakian adalah Desa Cisurupan yang mudah dijangkau dengan kendaraan.

Panorama lembah dan kawah Papandayan dilihat dari jalur pendakian menuju Areal Blok Pondok Salada.

Erupsi Papandayan pada November 2002 meninggalkan jejak alam yang memikat: kemunculan sejumlah kawah baru. Beberapa kawah mengeluarkan asap sulfur berwarna putih. Selain kawah, ada banyak tempat menarik bisa disinggahi. Misalnya, area Blok Pondok Salada yang dialiri Sungai Cisalada, atau Blok Sumber Air Panas yang memiliki sumber air panas yang mengandung belerang. Objek wisata yang paling populer tentu saja kawasan hutan mati di mana ratusan pohon cantigi seolah tumbuh tanpa daun.

Sebelum mencapai puncak tertinggi Papandayan, sempatkan pula mengunjungi Tegal Alun, hamparan seluas 32 hektare yang menjadi habitat edelweiss. Tegal Alun berstatus cagar alam. Pengunjung hanya diizinkan melintasinya saat hendak menjangkau puncak gunung. Kamping dilarang di sini.

Gunung Batur
Gunung setinggi 1.717 meter yang terletak di Bangli ini adalah bagian dari jaringan Cincin Api Nusantara. Batur dibentuk dari beberapa kali erupsi yang berlangsung di masa prasejarah. Fenomena alam itu menghasilkan guratan-guratan indah laksana pahatan kreatif seniman Bali.

Panorama dari puncak Batur telah membius banyak orang. Tapi kekayaan terbesar tempat ini sebenarnya lanskap geologisnya. Tebing, bebatuan, ngarai, dan lembah di sini bercerita banyak tentang perjalanan bumi. Demi melestarikan aset penting itu, UNESCO mendaulat Batur sebagai anggota Global Geopark Network pada 2012.

Jalur turun Gunung Batur yang menyajikan pemandangan salah satu kaldera.

Durasi pendakian di Batur mencapai tiga jam,dimulai dari Pos Pelayanan Pendakian. Jalur cukup tertata dengan medan berupa pasir dan batuan vulkanis. Di puncak gunung, matahari terbit adalah prosesi yang paling dinanti para pendaki. Gunung Abang dan Agung tampak jelas di seberang Danau Batur. Saat cuaca cerah dan jarak pandang prima, Gunung Rinjani di Lombok juga bisa terlihat menyembul di balik awan.

Gunung Gede
Banyak pendaki kawakan yang menetap di Jabodetabek memulai “kariernya” di Gunung Gede. Menara alam setinggi 2.958 meter ini adalah bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Kita bisa menjangkaunya dengan mudah dari Jakarta, Bandung, Sukabumi, atau Bogor.

Pendaki umumnya memilih Jalur Cibodas. Kawasan Cibodas dilengkapi fasilitas wisata alam yang mumpuni. Kantor Balai Besar TNGGP juga berada disini, persisnya di sebelah Kebun Raya Cibodas.

Jalur pendakian yang lebih nyaman di Gunung Gede.

Dibutuhkan waktu sekitar enam jam untuk menggapai puncak Gunung Gede melalui Jalur Cibodas. Di sepanjang jalur, terdapat banyak titik menarik untuk melepas lelah, misalnya Telaga Biru dan Air Terjun Cibeureum. Mendekati puncak, kita bisa menyaksikan atraksi alam berupa kawah, kerucut Gunung Pangrango, serta panorama desa-desa disekitar TNGGP.

Menonton ritual matahari terbit adalah agenda utama pendaki di puncak Gunung Gede. Tapi sensasi gunung ini tidak berhenti di puncaknya. Dalam perjalanan menuruni gunung, kita akan menemukan Alun-alun Suryakencana yang dilapisi sabana dan ditumbuhi ribuan edelweiss. Di lembah ini, jika beruntung, kita juga bisa melihat elang Jawa berpatroli di antara awan.

Gunung Prau
Tanah bersemayamnya para dewa, begitu dunia menjuluki Dataran Tinggi Dieng. Tempat ini menyimpan banyak objek wisata, mulai dari telaga warna, kompleks candi, hingga “bocah gembel,” yakni anak-anak yang secara misterius lahir dengan rambut gimbal. Bagi pendaki pemula, daya tarik Dieng tentu saja Gunung Prau.

Prau, titik tertinggi di Dieng, bisa didaki dalam waktu tiga jam. Medannya relatif ramah. Uniknya, walau berstatus landmark, gunung setinggi 2.600 meter ini baru marak dijelajahi setelah 2013—dan kini ia menjadi gunung favorit banyak orang. Puncaknya yang berbukit-bukit diselimuti sabana. Di musim semi, karpet hijau ini merekahkan ribuan bunga aneka warna.

Sabana cantik di Gunung Prau.

Pendakian dimulai dari ketinggian sekitar 2.100 meter. Ada beberapa jalur yang bisa digunakan. Yang termudah adalah melalui kawasan wisata Dieng: Dieng Kulon, melalui Homestay Bu Djono, lalu Desa Patak Banteng. Dari puncak Prau, kita bisa melhat dengan jelas sosok Gunung Sindoro dan Sumbing, juga mengintip Ungaran, Telomoyo, Lawu, dan Merbabu di kejauhan. Alokasikan waktu cukup lama di puncak Prau. Panorama sunset terlihat magis dari sini. Di malam hari, kelap-kelip lampu Kota Kendal dan Semarang tampak bagaikan ribuan kunang-kunang.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5