Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

48 Jam di Bandar Lampung

Oleh Indra Pradya

SABTU

08:00 Batu Putu
Kawasan asri ini populer di kalangan warga lokal untuk menghabiskan akhir pekan. Eksplorasi di Batu Putu (Teluk Betung Utara) bisa dimulai di Kali Akar di kecamatan Teluk Betung Barat hingga penangkaran rusa di Kecamatan Kemiling. Di antara kedua titik itu, Anda bisa singgah di Wira Garden, Bumi Kedaton Zoo, Taman Kupu-Kupu Gita Persada, serta Water Boom Bumi Kedaton. Pada dataran tertinggi Batu Putu terdapat bumi perkemahan yang menyajikan panorama elok. Bila sempat, susuri jalan setapak menuju Air Terjun Batu Putu.

Proses pembuatan sehelai kain tapis Gabovira membutuhkan waktu yang cukup lama.

12:00 Gabovira
Dibutuhkan setidaknya satu bulan untuk memproduksi sehelai kain tapis, wastra ikonis Lampung yang dibentuk dari sulaman benang-benang emas. Kerumitan itu jugalah yang membuatnya berharga cukup mahal. Salah satu tempat yang menjajakan kain tapis ialah Gabovira (Jl. Cik Ditiro A1 1-2, Beringin Raya) sekitar 20 menit berkendara dari Batu Putu. Selagi di sini, kunjungi sanggar di sisi belakang galeri untuk menyaksikan proses tenun dan sulam yang melibatkan para remaja berkebutuhan khusus. Selain kain tapis, Gabovira menghasilkan batik dengan motif khas Lampung, mulai dari motif siger pengantin hingga daun dan buah kopi.  

14:00 Akar’t Galeri
Titik awal ideal untuk mempelajari skena seni Bandar Lampung, Akar’t Galeri (Jl. Pagar Alam, Gang Lambang 135, Kedaton) memajang beragam lukisan dan ukiran kontemporer buatan seniman lokal. Galeri yang diresmikan pada 2017 juga difungsikan sebagai wadah pertemuan para seniman. Pemiliknya, Helmy Azeharie, adalah seorang perupa yang pernah menjabat Kepala Taman Budaya Lampung. Dalam Pameran Keliling garapan Galeri Nasional Indonesia pada 2017, lukisannya turut dipajang bersama karya-karya para maestro seperti Affandi, Hendra Gunawan, dan Henk Ngantung.

Dibandingkan gerai bakso lainnya, tekstur Bakso Sony cenderung lebih berserat.

17:00 Bakso Sony
Bakso bukan kuliner khas Bandar Lampung, tapi Bakso Sony berhasil membuat kota ini masuk daftar destinasi bagi penggemar bakso. Gerai ini dirintis pada 1990-an oleh Haji Sony. Cabangnya terdapat di beberapa lokasi, termasuk di luar kota. Jika ingin bersantap sembari mengenang sejarahnya, kunjungi gerai pusatnya di Jalan Wolter Monginsidi. “Selain kuah kaldu dari sumsum tulang sapi, bakso buatan saya memiliki tekstur kasar berserat yang berasal dari campuran daging dan urat,” jelas Haji Sony tentang rahasia kelezatan dagangannya.

Masjid Al Furqon berdiri megah di tengah-tengah kota Bandar Lampung.

19:00 Masjid Al Furqon
Sebagaimana lazimnya di banyak kota yang berpopulasi mayoritas Muslim, masjid agung tak sekadar berperan sebagai sarana ibadah, tapi juga sentra kehidupan. Tiap akhir pekan, area di sekitar Masjid Al Furqan (Jl. Diponegoro, Gulak Galik) berubah jadi sarang kongko warga. Kompleks yang berada di dekat pusat pemerintahan ini bahkan telah berkembang jadi semacam alun-alun tak resmi. Banyak pedagang makanan dan minuman mangkal di sini.  

Selain menjual ikan, Gudang Lelang juga menawarkan aneka jajanan pasar hingga beragam oleh-oleh khas Lampung.

MINGGU

06:00 Gudang Lelang
Ibarat Pasar Tsukiji versi Bandar Lampung, Gudang Lelang berfungsi sebagai tempat pelelangan hasil laut dari para nelayan. Dan mirip Tsukiji pula, tempat ini menarik didatangi untuk menikmati sarapan. Tiap pagi, kawasan pasar Gudang Lelang dijejali beragam pedagang penganan. Tak jauh dari sini, terdapat toko-toko penjaja oleh-oleh khas Lampung, masjid tua Al Anwar yang berdiri sejak abad ke-18, serta Wihara Thay Hin Bio yang riwayatnya bermula pada 1850.

Pulau Pasaran juga kerap disebut sebagai sentra ikan teri.

08:00 Pulau Pasaran
Menyusuri jembatan kecil dari pesisir Teluk Betung, kita akan tiba di Pulau Pasaran (Kecamatan Teluk Betung Barat), kawasan seluas 13 hektare yang didiami komunitas nelayan. Pengunjung bisa menyaksikan proses pengolahan hasil laut, termasuk berbelanja komoditas andalan setempat seperti ikan asin dan ikan teri. Berkat potensi wisatanya, Pulau Pasaran dijuluki Titik Nol Destinasi Wisata di Bandar Lampung.

Aneka hidangan lezat di Cikwo Resto & Coffee.

12:00 Cikwo Resto & Coffee
Selain kopi Lampung, Cikwo Coffee & Resto (Jl. Kimaja, Way Halim) menyajikan hidangan ikonis lokal yang dinamai seruit, yakni masakan olahan yang terdiri dari sambal, terung, ikan rebus atau bakar, serta kuah pindang atau kuah gulai taboh. Jika mau, Anda bisa menambahkan tempoyak, adonan hasil fermentasi durian. Hidangan inilah yang melahirkan kata nyeruit, istilah untuk makan bersama dalam tradisi warga Lampung.

14:00 Taman Hutan Kera
Di lahan seluas tiga hektare, Taman Hutan Kera (Tirtosari, Sumur Batu) menampung sesuatu yang langka untuk sebuah kota modern: habitat kera liar. Selain bertemu kawanan kera ekor panjang, pengunjung bisa menikmati kesejukan hutan tropis dan memasuki gua warisan tentara Jepang. Taman Hutan Kera bisa diakses dari dua jalan: Jalan Dr. Susilo dan Jalan Diponegoro. Sore hari adalah waktu terbaik untuk berkunjung.

17:00 Muncak Teropong Laut
Di sini, kita akan merasakan sensasi meneropong hamparan laut, karena itulah tempat ini dinamai Muncak Teropong Laut (Desa Muncak). Lokasinya di perbatasan antara Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Muncak Teropong Laut merupakan salah satu sudut terbaik untuk menyaksikan panorama Teluk Lampung. Tiket masuknya sangat murah, hanya Rp5.000 per kepala. Untuk menjangkau tempat ini, arahkan kendaraan ke Pantai Duta Wisata. Selepas pintu masuk, belok ke arah kanan, lalu ikuti petunjuk jalan menuju bagian puncak Desa Muncak.

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5