Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

4 Hotel Baru di Bali

Seorang staf Hoshinoya Bali melintas di atas jembatan.

Hoshinoya Bali, Tampaksiring
Bagi turis Jepang, menemukan resor Hoshino saat pelesir di Bali mungkin ibarat orang Indonesia menemukan hotel milik Santika ketika melawat ke Singapura. Mereka telah familiar dengan konsepnya, tawarannya, juga servisnya. Terjun ke bisnis penginapan pada 1914 dan kini mengelola 36 properti di Jepang, Hoshino memang punya tempat khusus di benak warga Negeri Sakura.

Hoshinoya, merek termewah dalam Grup Hoshino, menancapkan kukunya di Bali pada Januari 2017. Lokasinya di Tampaksiring, sekitar 25 menit sisi utara pusat keramaian Ubud. Resor ini memiliki bekal pengalaman dalam memahami selera turis Jepang, dan sejak dibuka tamu Jepang memang tercatat lebih banyak. Akan tetapi, Hoshinoya Bali sejatinya bertekad membidik khalayak yang lebih luas, tentunya tanpa meninggalkan formula bisnis yang telah lama dipraktikkannya di Jepang. Keinginan itulah yang kemudian mendorongnya menempuh taktik kombinasi yang menarik: resep Bali yang diblender dengan bumbu Jepang.

Kiri-kanan: Presentasi makanan yang cantik di Cafe Gazebo; bangunan Cafe Gazebo.

Mendarat di muka resor, tamu mula-mula disambut oleh tiga staf yang memberi hormat ojigi di depan gapura berukir. Setelah itu, kita akan dituntun memasuki kompleks resor yang menampilkan langgam tradisional Bali, tapi dengan estetika spasial khas Jepang.

Di lahan seluas tiga hektare, Hoshinoya Bali menampung 30 unit vila yang berbaris di tepi tiga kolam renang berbentuk kanal. Tiap unit vila terdiri dari dua bangunan: sebuah gazebo ilalang dengan ornamen pemugbug di puncaknya, serta sebuah rumah dengan atap yosemune yang dilapisi sirap. Dari kejauhan, resor ini seperti blasteran antara perumahan tua di Tokyo dan banjar di Tampaksiring. Rie Azuma, sang arsitek, memang berniat menciptakan ramuan visual yang secara distingtif Jepang dan secara autentik Bali.

Kiri-kanan: Penataan matras yang mengadopsi gaya tatami; tiap vila memiliki akses ke kolam renang.

Vila terbesarnya memiliki luas 208 meter persegi, separuh luas vila di Ritz-Carlton Mandapa. Kendati demikian, tiap unitnya terasa lapang berkat filosofi desain yang mengutamakan efisiensi. Permainan warna dibatasi, pajangan minim, dan setiap objek ditata simetris, mulai dari matras bergaya tatami hingga pohon-pohon di teras. Kecuali tipe termewah di ujung kolam, vila-vila di sini tidak menyuguhkan pemandangan yang lapang.

Panorama terbaik justru dihadirkan oleh Cafe Gazebo yang dicetak menyerupai rumah pohon di mana tamu bisa mendengar aliran Sungai Pakerisan seraya menikmati sate buah yang dihidangkan di mangkuk buatan Arita.

Banjar Pengembungan, Tampaksiring; 0361/8493-080; hoshinoyabali.com; mulai dari Rp9.000.000.

Dipublikasikan perdana di majalah DestinAsian Indonesia edisi Mei/Juni 2017 (“Jenama Perdana”).

Show CommentsClose Comments

Leave a comment

0.0/5